PENGGUNAAN METODE ROLE
PLAYING PADA MATERI CERITA PENDEK UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA
SISWA KELAS IV SDN BALEREJO 02
di susun oleh :
HIRHOWATUL MUNAFFIYANTI
09141098
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
Dengan
mengucap puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan judul “Penggunaan Metode Role Playing Pada Materi Cerita Pendek
Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Siswa Kelas IV SDN Balerejo 02”.
Tidak
lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang
terhormat :
1.
Bapak Dr. Parji, M.Pd., Rektor IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak
Drs. H. Ibadullah Mallawi, M.Pd., Kaprodi
PGSD.
3. Bapak
Edy Siswanto, M.Pd., dosen mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
4. Orang
tua penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun spiritual.
5. Semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penulisan ini.
Atas
jasa beliau-beliau penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, semoga Allah SWT memberikan hidayah dan limpahan karunia-Nya
serta menjadikan sebagai amal yang tak ternilai harganya dan mendapatkan balasan
yang lebih baik dari Allah SWT.
Sekian
yang dapat penulis sampaikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi tercapainya kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian
ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
|
Madiun,
02 Januari 2013
Penulis
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memang diajarkan
sejak anak-anak, tetapi model pengajaran yang baik dan benar tidak banyak
dilakukan oleh seorang pengajar. Metode pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat
menggunakan satu metode karena bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis.
Bahasa sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga
penggunaan metode yang tepat perlu dilakukan. Pengajar bahasa memiliki
suatu kewajiban untuk mempertahankan keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan sekaligus memperjuangkan bahasa Indonesia dapat diterima dan membuat
tertarik bangsa lain untuk mempelajarinya. Oleh sebab itu, pengajaran yang baik
menjadi tanggung jawab para pengajar bahasa.
Di abad ini sumber-sumber informasi telah berkembang
pesat di luar sekolah dengan cara yang begitu menarik dan ketika memasuki
sekolah siswa sudah memiliki kekayaan informasi itu. Pada pembelajaran bahasa
Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunakan
metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan
memikat anak-anak untuk terus dan betah untuk mempelajari bahasa Indonesia
sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa daerah. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan
dengan mudah meningkatkan
prestasi siswa dalam bidang bahasa. Namun, bagi sebagian siswa pembelajaran bahasa
Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian
materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah
dalam penangkapan materi tersebut. Tentu penulis sangat merasakan problem pembelajaran
yang terjadi sewaktu pengalaman praktik lapangan bahasa Indonesia.
Dalam materi cerita pendek, terutama
pemahaman tentang tema yang terkadang dalam cerita pendek terkadang banyak
menimbulkan penafsiran yang berbeda. Demikian halnya pemahaman terhadap
karakter tokoh yang ada dalam cerita pendek sering kali membuat salah melakukan
pemahamam. Untuk itu perlunya suatu metode yang mampu memberikan gambaran nyata
sekaligus siswa melakukan sehingga dengan mudah memahaminya. Salah satu alternatifnya adalah
dengan menerapkan metode role playing. Metode role playing ini akan memberikan
pemahaman dengan cara siswa berperan sebagai tokoh yang ada dalam cerita
pendek. Untuk dapat membawakan peran tokoh tersebut siswa harus memahami karakter
tokoh yang akan di perankan.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia
dengan materi cerita pendek, banyak siswa yang belum memahami karakter tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita. Pada hasil
pembelajaran sebelumnya diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 60 dengan ketuntasan 30%. Setelah penulis amati terhadap materi cerita pendek,
penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep materi kurang
2. Rendahnya tingkat penyerapan
terhadap materi cerita pendek
3. Minat membaca siswa yang masih kurang, sehingga kurang
memahami karakter tokoh cerita pendek.
Setelah penulis amati, beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat penguasaan siswa, antara lain metode yang digunakan kurang tepat dan siswa kurang bersemangat untuk
membaca. Untuk mengatasi kurangnya tingkat pemahaman siswa tersebut, penulis
mencoba untuk mengadakan perbaikan pembelajaran yang lalu dengan cara mengganti
metode pembelajaran yang digunakan dengan metode pembelajaran role playing.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis menganggap penting untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan
Metode Role Playing Pada Materi Cerita Pendek Untuk Meningkatkan Ketrampilan
Berbahasa Siswa Kelas IV SDN Balerejo 02.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa :
1. Bagaimanakah
penggunaan metode role playing pada materi cerita pendek dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa
siswa kelas IV SDN Balerejo
02 ?
2. Apakah
penggunaan metode role playing pada materi cerita pendek dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa
siswa kelas IV SDN Balerejo
02 ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Mendeskripsikan
penggunaan metode role playing pada materi cerita pendek untuk meningkatkan
ketrampilan berbahasa siswa kelas IV SDN Balerejo 02.
2. Mendeskripsikan
peningkatan ketrampilan berbahasa pada
materi cerita pendek siswa kelas
IV
SDN Balerejo 02.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Menambah
khasanah pengetahuan bagi khalayak luas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Sebagai
bahan masukan / rujukan guru-guru guna meningkatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia
mengenai materi Cerita Pendek di kelasnya.
b. Bagi siswa
Ø Sebagai bahan
masukan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia.
Ø Mendapat kesan bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia itu menyenangkan.
Ø Melatih siswa agar lebih
berinisiatif, bertanggungjawab, mandiri dan dapat meningkatkan motivasi
belajar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Metode Role Playing
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa (Sudjana, 2004).
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Pemain ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan. Role playing
adalah suatu tiruan yang bersifat drama yang diperankan oleh dua orang atau
lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan tertentu.
Metode role playing adalah peranan
sebuah situasi dalam hidup manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan
oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok. Menurut
Mulyasa (2006), bermain peran (Role Playing) diarahkan pada pemecahan
masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut
kehidupan peserta didik.
Kelebihan metode role playing adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi
mempunyai kesempatan untuk memejukankemampuannya dalam bekerjasama.
2. Siswa dapat mengambil keputusan dan berekspresi secara
utuh.
3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan padat
digunakan dalam situasi dan waktu yangberbada.
4. Guru dapat
mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan permainan.
5. Permainan meruoakan pengalaman belajar yang menyenangkan
bagi anak.
Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama
sehingga dapat mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang
akan disampaikan. Dalam pembelajaran cerita pendek, dapat dilakukan dengan
menggunakan metode role play sehingga menjadikan siswa lebih aktif. Metode role
play menurut Asri Budiningsih daptat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
dengan memainkan peran, melakukan wawancara untuk mengetahui maksud pelajaran
dan sebagainnya.
B.
Ketrampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat aspek,
yaitu (a) keterampilan menyimak, (b) keterampilan berbicara, (c) keterampilan
membaca, dan (d) keterampilan menulis. Namun dalam uraian ini kami akan
membahas mengenai aspek keterampilan berbahasa bersifat reseptif (menerima).
Adapun aspek tersebut adalah keterampilan menyimak dan keterampilan membaca.
Penjelasan kedua aspek tersebut sebagai berikut.
1. Keterampilan
Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informas,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1980:19).
b.
Jenis-jenis
menyimak
Jenis menyimak dibagi menjadi dua bagian besar yaitu menyimak ekstensif
dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan
menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan
lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung
seorang guru (Tarigan, 1980:23). menyimak ekstensif dibagi empat, yaitu:
1.
Menyimak sosial
Menyimak sosial atau menyimak konversasional ataupun menyimak sopan biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau
bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua oran dan saling
mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang pantas,
mengukuti detail-detail yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa-apa yang dikemukakan oleh seorang rekan.
2.
Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara
ekstensif.
3.
Menyimak estetik
Menyimak estetik atau yang disebut juga menyimak apresiatif adalah fase
terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan.
4.
Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya
menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti, belajar
tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih, serta menguasai sesuatu bahasa.
Menyimak
intensif dibagi menjadi enam yaitu sebagai berikut.
5. Menyimak
kritis
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak, yang di dalamnya sudah
terlihat kurangnya (atau tiadanya) keasliannya, ataupun prasangka serta
ketidaktelitian-ketidaktelitian yang akan diamati.
6.
Menyimak konsentratif
Menyimak
konsentratif merupakan menyimak yang merupakan sejenis telaah.
7.
Menyimak kreatif
Menyimak kreatif mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak
secara imajinatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau penglihatan
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang
didengarnya.
8.
Menyimak eksploratori
Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak
intensif dengan maksud dan tujuan yang agak lebih sempit.
9.
Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih
banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan karena si
penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
10.
Menyimak selektif
Menyimak selektif adalah Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting
dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang
diterima ditelan mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat
inti.
2. Keterampilan
Membaca
a. Pengertian
Membaca
Membaca adalah pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan
yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca
mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa
yang terdapat di dalam bacaan.
b. Tujuan
membaca
·
Memahami aspek kebahasaan (kata,
frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks.
·
Memahami pesan yang ada dalam.
·
Mencari informasi penting dari teks.
·
Mendapatkan petunjuk melakukan
sesuatu pekerjaan atau tugas.
·
Menikmati
bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
c. Metode Pengajaran Membaca
Terdapat
beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain
:
1. Metode
Reseptif
Metode ini
mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun
tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap
telah banyak menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi
siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap
dengan bagus.
2. Metode
Komunikatif
Desain yang
bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap
tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan
ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini
dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan,
atau disajikan ke dalam nonlinguistis
3. Metode Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek
dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan
dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan
membaca.
4. Metode Partisipatori
Metode ini
lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak
sebagai pemandu atau fasilitator. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh
dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator yang kreatif.
3.
Ketrampilan
Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok
secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Berbicara
merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk
mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
4.
Ketrampilan
Menulis
Menulis merupakan salah satu
kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan
berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir
setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan
membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir,
bukan berarti menulis merupakan kemampuan
yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara
penuh agar mendapat hasil yang benar-benar
baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15)
menyatakan bahwa menulis dapat diartikan
sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu
proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan sebuah tulisan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Objek Penelitian
B. Setting, Lokasi dan Subyek Penelitian
a.
Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan
penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan, yakni mulai
bulan Oktober - Desember. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil
penelitian tersebut pada semester I Tahun pelajaran 2012/2013.
b.
Lokasi Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil
lokasi di SDN Balerejo 02 dengan pertimbangan
tempat PPL, sehingga memudahkan
dalam mencari data.
c.
Subyek Penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa
kelas IV SDN Balerejo 02 dengan jumlah
siswa 15 anak dengan jumlah siswa laki-laki 4 anak dan siswa perempuan 11 anak.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
: observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.
a.
Teknik observasi
Teknik observasi
digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak dalam proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam berbicara, dan melakukan tugas-tugas dalam proses
pembelajaran.
b.
Teknik wawancara
Teknik wawancara
digunakan untuk wawancara dengan siswa kesan-kesan dan pengungkapan perasaan
siswa ketika pembelajaran menggunakan metode role playing.
c.
Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk
mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan
langkah-langkah kongkrit peneliti dalam proses pembelajaran.
d. Teknik tes
Teknik tes digunakan
untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbahasa siswa dalam cerita pendek.
D. Metode Analisis Data
Data yang telah
terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun
deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif
adalah data tentang keaktifan siswa yang dikumpulkan melalui cek list pada
rubrik pengamatan keaktifan siswa dan data tentang kemampuan berbahasa siswa.
Data kualitatif
berupa catatan pengamatan, dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis
dengan analisis kualitatif dengan tahapan pemaparan data, penyederhanaan data,
pengelompokan data sesuai fokus masalah, dan pemaknaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
PENGGUNAAN METODE ROLE
PLAYING PADA MATERI CERITA PENDEK UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA
SISWA KELAS IV SDN BALEREJO 02
di susun oleh :
HIRHOWATUL MUNAFFIYANTI
09141098
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucap puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan judul “Penggunaan Metode Role Playing Pada Materi Cerita Pendek
Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Siswa Kelas IV SDN Balerejo 02”.
Tidak
lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang
terhormat :
1.
Bapak Dr. Parji, M.Pd., Rektor IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak
Drs. H. Ibadullah Mallawi, M.Pd., Kaprodi
PGSD.
3. Bapak
Edy Siswanto, M.Pd., dosen mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
4. Orang
tua penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun spiritual.
5. Semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penulisan ini.
Atas
jasa beliau-beliau penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, semoga Allah SWT memberikan hidayah dan limpahan karunia-Nya
serta menjadikan sebagai amal yang tak ternilai harganya dan mendapatkan balasan
yang lebih baik dari Allah SWT.
Sekian
yang dapat penulis sampaikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi tercapainya kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian
ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
|
Madiun,
02 Januari 2013
Penulis
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memang diajarkan
sejak anak-anak, tetapi model pengajaran yang baik dan benar tidak banyak
dilakukan oleh seorang pengajar. Metode pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat
menggunakan satu metode karena bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis.
Bahasa sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga
penggunaan metode yang tepat perlu dilakukan. Pengajar bahasa memiliki
suatu kewajiban untuk mempertahankan keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan sekaligus memperjuangkan bahasa Indonesia dapat diterima dan membuat
tertarik bangsa lain untuk mempelajarinya. Oleh sebab itu, pengajaran yang baik
menjadi tanggung jawab para pengajar bahasa.
Di abad ini sumber-sumber informasi telah berkembang
pesat di luar sekolah dengan cara yang begitu menarik dan ketika memasuki
sekolah siswa sudah memiliki kekayaan informasi itu. Pada pembelajaran bahasa
Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunakan
metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan
memikat anak-anak untuk terus dan betah untuk mempelajari bahasa Indonesia
sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa daerah. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan
dengan mudah meningkatkan
prestasi siswa dalam bidang bahasa. Namun, bagi sebagian siswa pembelajaran bahasa
Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian
materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah
dalam penangkapan materi tersebut. Tentu penulis sangat merasakan problem pembelajaran
yang terjadi sewaktu pengalaman praktik lapangan bahasa Indonesia.
Dalam materi cerita pendek, terutama
pemahaman tentang tema yang terkadang dalam cerita pendek terkadang banyak
menimbulkan penafsiran yang berbeda. Demikian halnya pemahaman terhadap
karakter tokoh yang ada dalam cerita pendek sering kali membuat salah melakukan
pemahamam. Untuk itu perlunya suatu metode yang mampu memberikan gambaran nyata
sekaligus siswa melakukan sehingga dengan mudah memahaminya. Salah satu alternatifnya adalah
dengan menerapkan metode role playing. Metode role playing ini akan memberikan
pemahaman dengan cara siswa berperan sebagai tokoh yang ada dalam cerita
pendek. Untuk dapat membawakan peran tokoh tersebut siswa harus memahami karakter
tokoh yang akan di perankan.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia
dengan materi cerita pendek, banyak siswa yang belum memahami karakter tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita. Pada hasil
pembelajaran sebelumnya diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 60 dengan ketuntasan 30%. Setelah penulis amati terhadap materi cerita pendek,
penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep materi kurang
2. Rendahnya tingkat penyerapan
terhadap materi cerita pendek
3. Minat membaca siswa yang masih kurang, sehingga kurang
memahami karakter tokoh cerita pendek.
Setelah penulis amati, beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat penguasaan siswa, antara lain metode yang digunakan kurang tepat dan siswa kurang bersemangat untuk
membaca. Untuk mengatasi kurangnya tingkat pemahaman siswa tersebut, penulis
mencoba untuk mengadakan perbaikan pembelajaran yang lalu dengan cara mengganti
metode pembelajaran yang digunakan dengan metode pembelajaran role playing.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis menganggap penting untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan
Metode Role Playing Pada Materi Cerita Pendek Untuk Meningkatkan Ketrampilan
Berbahasa Siswa Kelas IV SDN Balerejo 02.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa :
1. Bagaimanakah
penggunaan metode role playing pada materi cerita pendek dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa
siswa kelas IV SDN Balerejo
02 ?
2. Apakah
penggunaan metode role playing pada materi cerita pendek dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa
siswa kelas IV SDN Balerejo
02 ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Mendeskripsikan
penggunaan metode role playing pada materi cerita pendek untuk meningkatkan
ketrampilan berbahasa siswa kelas IV SDN Balerejo 02.
2. Mendeskripsikan
peningkatan ketrampilan berbahasa pada
materi cerita pendek siswa kelas
IV
SDN Balerejo 02.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Menambah
khasanah pengetahuan bagi khalayak luas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Sebagai
bahan masukan / rujukan guru-guru guna meningkatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia
mengenai materi Cerita Pendek di kelasnya.
b. Bagi siswa
Ø Sebagai bahan
masukan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia.
Ø Mendapat kesan bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia itu menyenangkan.
Ø Melatih siswa agar lebih
berinisiatif, bertanggungjawab, mandiri dan dapat meningkatkan motivasi
belajar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Metode Role Playing
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa (Sudjana, 2004).
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Pemain ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan. Role playing
adalah suatu tiruan yang bersifat drama yang diperankan oleh dua orang atau
lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan tertentu.
Metode role playing adalah peranan
sebuah situasi dalam hidup manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan
oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok. Menurut
Mulyasa (2006), bermain peran (Role Playing) diarahkan pada pemecahan
masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut
kehidupan peserta didik.
Kelebihan metode role playing adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi
mempunyai kesempatan untuk memejukankemampuannya dalam bekerjasama.
2. Siswa dapat mengambil keputusan dan berekspresi secara
utuh.
3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan padat
digunakan dalam situasi dan waktu yangberbada.
4. Guru dapat
mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan permainan.
5. Permainan meruoakan pengalaman belajar yang menyenangkan
bagi anak.
Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama
sehingga dapat mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang
akan disampaikan. Dalam pembelajaran cerita pendek, dapat dilakukan dengan
menggunakan metode role play sehingga menjadikan siswa lebih aktif. Metode role
play menurut Asri Budiningsih daptat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
dengan memainkan peran, melakukan wawancara untuk mengetahui maksud pelajaran
dan sebagainnya.
B.
Ketrampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat aspek,
yaitu (a) keterampilan menyimak, (b) keterampilan berbicara, (c) keterampilan
membaca, dan (d) keterampilan menulis. Namun dalam uraian ini kami akan
membahas mengenai aspek keterampilan berbahasa bersifat reseptif (menerima).
Adapun aspek tersebut adalah keterampilan menyimak dan keterampilan membaca.
Penjelasan kedua aspek tersebut sebagai berikut.
1. Keterampilan
Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informas,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1980:19).
b.
Jenis-jenis
menyimak
Jenis menyimak dibagi menjadi dua bagian besar yaitu menyimak ekstensif
dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan
menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan
lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung
seorang guru (Tarigan, 1980:23). menyimak ekstensif dibagi empat, yaitu:
1.
Menyimak sosial
Menyimak sosial atau menyimak konversasional ataupun menyimak sopan biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau
bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua oran dan saling
mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang pantas,
mengukuti detail-detail yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa-apa yang dikemukakan oleh seorang rekan.
2.
Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara
ekstensif.
3.
Menyimak estetik
Menyimak estetik atau yang disebut juga menyimak apresiatif adalah fase
terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan.
4.
Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya
menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti, belajar
tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih, serta menguasai sesuatu bahasa.
Menyimak
intensif dibagi menjadi enam yaitu sebagai berikut.
5. Menyimak
kritis
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak, yang di dalamnya sudah
terlihat kurangnya (atau tiadanya) keasliannya, ataupun prasangka serta
ketidaktelitian-ketidaktelitian yang akan diamati.
6.
Menyimak konsentratif
Menyimak
konsentratif merupakan menyimak yang merupakan sejenis telaah.
7.
Menyimak kreatif
Menyimak kreatif mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak
secara imajinatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau penglihatan
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang
didengarnya.
8.
Menyimak eksploratori
Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak
intensif dengan maksud dan tujuan yang agak lebih sempit.
9.
Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih
banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan karena si
penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
10.
Menyimak selektif
Menyimak selektif adalah Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting
dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang
diterima ditelan mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat
inti.
2. Keterampilan
Membaca
a. Pengertian
Membaca
Membaca adalah pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan
yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca
mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa
yang terdapat di dalam bacaan.
b. Tujuan
membaca
·
Memahami aspek kebahasaan (kata,
frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks.
·
Memahami pesan yang ada dalam.
·
Mencari informasi penting dari teks.
·
Mendapatkan petunjuk melakukan
sesuatu pekerjaan atau tugas.
·
Menikmati
bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
c. Metode Pengajaran Membaca
Terdapat
beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain
:
1. Metode
Reseptif
Metode ini
mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun
tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap
telah banyak menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi
siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap
dengan bagus.
2. Metode
Komunikatif
Desain yang
bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap
tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan
ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini
dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan,
atau disajikan ke dalam nonlinguistis
3. Metode Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek
dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan
dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan
membaca.
4. Metode Partisipatori
Metode ini
lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak
sebagai pemandu atau fasilitator. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh
dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator yang kreatif.
3.
Ketrampilan
Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok
secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Berbicara
merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk
mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
4.
Ketrampilan
Menulis
Menulis merupakan salah satu
kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan
berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir
setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan
membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir,
bukan berarti menulis merupakan kemampuan
yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara
penuh agar mendapat hasil yang benar-benar
baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15)
menyatakan bahwa menulis dapat diartikan
sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu
proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan sebuah tulisan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Objek Penelitian
Siklus 1
Perencanaan
Planning
|
Revise
Revisi
|
Action
and
Pelaksanaan
|
Reflection
Observasi
|
Perencanaan
Planning
|
Reflection
Observasi
|
Revise
Revisi
|
Action
and
Pelaksanaan
|
B. Setting, Lokasi dan Subyek Penelitian
a.
Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan
penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan, yakni mulai
bulan Oktober - Desember. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil
penelitian tersebut pada semester I Tahun pelajaran 2012/2013.
b.
Lokasi Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil
lokasi di SDN Balerejo 02 dengan pertimbangan
tempat PPL, sehingga memudahkan
dalam mencari data.
c.
Subyek Penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa
kelas IV SDN Balerejo 02 dengan jumlah
siswa 15 anak dengan jumlah siswa laki-laki 4 anak dan siswa perempuan 11 anak.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
: observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.
a.
Teknik observasi
Teknik observasi
digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak dalam proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam berbicara, dan melakukan tugas-tugas dalam proses
pembelajaran.
b.
Teknik wawancara
Teknik wawancara
digunakan untuk wawancara dengan siswa kesan-kesan dan pengungkapan perasaan
siswa ketika pembelajaran menggunakan metode role playing.
c.
Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk
mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan
langkah-langkah kongkrit peneliti dalam proses pembelajaran.
d. Teknik tes
Teknik tes digunakan
untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbahasa siswa dalam cerita pendek.
D. Metode Analisis Data
Data yang telah
terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun
deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif
adalah data tentang keaktifan siswa yang dikumpulkan melalui cek list pada
rubrik pengamatan keaktifan siswa dan data tentang kemampuan berbahasa siswa.
Data kualitatif
berupa catatan pengamatan, dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis
dengan analisis kualitatif dengan tahapan pemaparan data, penyederhanaan data,
pengelompokan data sesuai fokus masalah, dan pemaknaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1980. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar